PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
1. Pengertian e-learning
Pengertian e-learning berbeda dengan
pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh
(distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini
seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa
e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning,
yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan
semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan voksional menjadi
lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan
internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan
komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan
distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak
hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media
non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik
setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning
dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar
yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka
yang ada di lembaga pendidikan.
E-learning adalah suatu sistem atau konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.
Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
a. Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau
komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
b. Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam
proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
c. Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar
mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara
guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013).
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di
media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning
secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata
pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah
disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri).
Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan
oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola
oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang
memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:
a. Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap
muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
b. Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran
dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online.
c. Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan
secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga
dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih
sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website
pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut
biaya).
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar
yang ada dalam e-Learning yaitu:
a.
e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara
cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini
sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan
absolut.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan
standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat
bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi
tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c.
e-Learning terfokus pada pandangan
pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
2. Pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning
dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model
pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang
terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop),
dan penyebarluasan (disseminate).
a. Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan
kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap
ini adalah:
Ø analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni
berupa bahan ajar berbasis e-learning
Ø analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar
siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon
dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan
Ø perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi
dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar
tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan
dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.
b. Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu:
Ø penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar
Ø pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan
perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan
Ø perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis
bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen
pembimbing.
c. tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
Ø konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun
media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian
Ø validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang
diperoleh dari validator
Ø analisis hasil validasi, hasil
validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator
Ø revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan
bahan ajar yang akan digunakan, dan
Ø uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan
dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.
d. Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate)
merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang
telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk
menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil
pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak
dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan
pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan
bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar
berbasis e-learning yang terdiri atas teks, materi dalam bentuk pdf, link ke
beberapa web, video tutorial, animasi, dan assignment. Produk ini juga
dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen
penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Petunjuk penggunaan bahan
ajar berbasis e-learning yang dikembangkan ada dua jenis yaitu petunjuk untuk
guru dan petunjuk untuk siswa. Pada petunjuk penggunaan untuk guru dilengkapi
dengan desain pembelajaran dan rubrik penilaian. Sedangkan petunjuk untuk siswa
hanya prosedur penggunaan media pembelajaran online (e-learning) saja. Desain
pembelajaran berisi petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran online (penggunaan
bahan ajar berbasis e-learning) dan pembelajaran di kelas. Di dalam desain
pembelajaran terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa pada
saat pembelajaran di kelas maupun saat online. Instrumen penilaian terdiri dari
lembar penilaian dan alat ukur penilaian (soal-soal evaluasi). Tersedianya
beberapa sumber belajar yang dapat diakses setiap saat memungkinkan dapat
mengakomodasi gaya & kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda. Pada sumber
belajar juga terdapat gambar makroskopis dan mikroskopis yang dapat membantu
siswa memahami materi. Untuk meningkatkan interaksi antar siswa dan guru
disediakan fitur forum & chat sehingga siswa dapat saling berdiskusi kapan
saja untuk memperkuat konsep yang telah diperoleh siswa.
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning
ini dapat dijadikan solusi bagi siswa dan guru. Siswa dapat belajar sesuai
kecepatan belajarnya, siswa dapat mempelajari materi yang tidak terpenuhi dalam
pelajaran yang diterima di kelas, memungkinkan siswa belajar dengan learning
mode yang disukainya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan
berbagai jenis sumber belajar.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran e-Learning
a. Kelebihan model pembelajaran e-learning
Dari berbagai pengalaman dan juga dari
berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang
manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh
. beberapa kelebihan tersebut antara lain:
1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas
internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan
dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat
dan waktu.
2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
7) Relatif lebih efisien.
b. Kekurangan model pembelajaran e-learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk
pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan.
Berikut beberapa kekurangan e-learning :
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam
proses belajar dan mengajar
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan
4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT
5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer)
7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal
internet; dan
8) Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
PERMASALAHAN
1. Sebagaimana telah diketahui ada tiga jenis format penerapan e-learning,
yaitu: Web Supported e-learning, Blended or mixed mode e-learning, dan Fully
online e-learning format. Menurut anda manakah format e-learning yang paling
efektif untuk di terapkan dalam pembelajaran?
2. Apakah pengaruh pembelajaran e-learning ini terhadap perkembangan afektif
dan psikomotorik siswa?
3. Salah satu kekurangan dari model e-learning ini adalah Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Bagaimana cara mengatasi agar penerapan pembelajaran e-learning efektif dan interaksi antar guru dan siswa tetap berjalan dengan baik?
3. Salah satu kekurangan dari model e-learning ini adalah Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Bagaimana cara mengatasi agar penerapan pembelajaran e-learning efektif dan interaksi antar guru dan siswa tetap berjalan dengan baik?
Saya akan menganggapi pertanyaan no 1:
BalasHapusInteraksi Siswa – Siswa
Interaksi antara siswa dengan siswa lain bisa dilakukan dalam e-learning. Ini sangat menguntungkan dimana siswa bisa saling berbagi dengan peserta didik lainnya. Hal ini juga memungkinkan siswa untuk membangun komunitas belajar yang pro aktif.
Interaksi antara siswa dan pengajar
Dalam sistem pembelajaran online atau e-learning dapat dilakukan dengan berbagai format baik komunikasi langsung maupun secara tak langsung. Pengajar dapat langsung berinteraksi dengan peserta didik dengan memanfaatkan fasilitas chatting, atau teleconference, atau live video streaming, juga secara tak langsung dimana pengajar cukup menyajikan materi-materi secara terstruktur agar peserta didik dapat mengunduh materi tersebut. Bisa juga dilakukan kombinasi antara keduanya.
saya sependapat dengan anda gita, untuk meningkatkan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran e-learning ini, guru bisa membuat grup percakapan melalui aplikasi misalnya WhatsApp, di dalam grup itu siswa bisa bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dia pahami, dan guru bisa menanggapi ataupun menjawab permasalan siswa. dengan pembuatan grup itu maka guru tetap bisa berinteraksi dengan siswa
HapusUntuk permasalahan yang kedua,saya mengutip dari buku Hujair AH. Sanaky (2009: 205) berpendapat bahwa terdapat banyak manfaat dan dampak yang diperoleh dari pembelajaran melalui e-learningapabila diaplikasikan di dalam lembaga pendidikan termasuk juga di
BalasHapusperguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan budaya belajar dan peningkatan mutu pembelajaran
peserta didik dan dosen.
2. Perubahan pertemuan pembelajaran yang tidak terfokus pada
pertemuan (tatap muka) di kelas dan pertemuan tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu melalui fasilitas e-learning.
3. Tersedianya materi pembelajaran di media elektronik melalui website
e-learning yang mudah diakses dan dikembangkan oleh peserta didik
dan mungkin juga masyarakat.
4. Pengayaan materi pembelajaran sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
5. Menciptakan kompetitive positioning dan meningkatkan brand image.
6. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan kepuasan peserta didikserta kualitas pelayanan.
7. Interaktivitas peserta didik meningkat, karena tidak ada batasan
waktu untuk belajar.(psikomotorik)
8. Peserta didik menjadi lebih bertanggung jawab akan kesuksesannya
(learner oriented) (afektif)
Di poin ke 7 dan 8 dapat dilihat bahwa ada perubahan afektif serta psikomotorik anak ketika menggunakan e-learning.
saya akan mencoba menanggapi permasalahan nomor 3 :
BalasHapusInteraksi dapat terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa pada waktu yang sama dan
tempat yang berbeda. E-learning dapat menggunakan dukungan teknologi video conference sebagai media
bagi guru untuk menyampaikan topik pembahasan materi kepada siswanya. Model interaksi ini pada
dasarnya sama dengan face to face interaction dimana guru dengan siswa dapat bertatap muka secara
langsung namun tidak berada pada lokasi yang sama. Interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa dapat terjadi secara langsung dengan menggunakan dukungan teknologi sebagai media
komunikasi. Dengan model interaksi ini tujuan pembelajaran e-learning dapat tercapai walaupun masingmasing agen yang terlibat tidak berada pada tempat yang sama.
terimakasih nurul, sedikit menambahkan untuk menjaga hubungan baik antara guru dan siswa, guru bisa membuat grup di aplikasi chat, disana guru bisa memberikan materi dalam bentuk video, dan juga guru bisa membuka forum diskusi yang akan merangsang siswa untuk bertanya dan berkomentar tentang materi yang disampaikan guru, guru juga bisa menanggapi pertanyaan siswa
HapusSaya akan menanggapi permasalahan no.2
BalasHapusPengaruhnya pada afektif, yaitu dia akan dapat belajar dengan mandiri dan psikomotoriknya dia akan memiliki keterampilan dalam penguasaan alat elektronik era digital sekarang ini dalam memperoleh ini informasi.denga pembelajaran e-learning, Siswa tidak hanya dapat belajar di dalam kelas, hanya mendengarkan guru mengajar, akan tetapi siswa dapat melakukan pembelajaran dimanapun mereka
berada tidak terpaku di dalam kelas saja sehingga pemahaman materi lebih efektif dan efisien. Pada pembelajaran
menggunakan e-learning ini, guru cenderung sebagai fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa.
Keaktifan peserta siswa ditekankan pada pembelajaran ini, sehingga akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi pada siswa dan pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat.
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing,artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.
Jawaban permasalahan nomor 2
BalasHapusMenurut saya web supported e-learning lebih efektif Web karena pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat. Sehingga proses pembelajaran tetap bisa dipantau oleh guru itu secara nyata dan dapat pula dilakukan interaksi secara langsung baik antara guru dan siswa maupun antar siswa.
saya ingin mencoba menanggapi permasalah ketiga saudari,
BalasHapusmenurut saya pembelajaran bisa menggunakan format penerapan Elearning berupa Web Supported e-learning,yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat,
dengan begitu ketika tatapmuka langsung guru bisa mengadakn kuis atau pun memberikan pertanyaan kepada siswanya dan siswa lain boleeh menanggapi jawaban temannya sehingga dengan begitu interaksi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa bisa tetap terjadi.
Saya akan menjawab permasalahan Anda yang pertama dimana Model Mixed/Blended ini menempatkan e-learning menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Misalnya pembelajaran teori dilaksanakan secara daring (dalam jaringan), sedangkan pembelajaran praktik dilaksanakan secara tatap muka. Akan tetapi, Bersin (2004) berpendapat bahwa model Blended Learning merupakan gabungan dari model Adjunct dan Mixed, sehingga sedikit atau banyak porsi dari e-learning, dalam pembelajaran tatap muka, seluruh proses tersebut merupakan Blended Learning. Dengan penjelasan tadi Maka dengan menggunakan Model Mixed/Blended menurut yang paling baik.
BalasHapussaya akan menanggapi Bagaimana cara mengatasi agar penerapan pembelajaran e-learning efektif dan interaksi antar guru dan siswa tetap berjalan dengan baik?
BalasHapuspembelajaran E-learnuing dapat terjadinya interaksi antara siswa dan guru dimana guru harus membuat siswa mampu bertanya melalui media elektrinik yang digunakan, sehingga dengan tanya jawab antara siswa dan murid dapat terjadi, interaksi antara siswa dan siswa dapat terjadi saa mereka melakukan diskusi via online
Baiklah, saya ingin menangggapi permasalahan anda yang pertama. Menurut pendapat saya yang paling baik digunakan dalam pembelajaran adalah web supported e-learning, karena interaksi secara langsung dengan guru lebih banyak akan membuat siswa lwbih termotivasi untuk belajar dan menyankan langsung kepada guru mengenai materi yang belum dipahami. Pembelajaran ini juga akan mempermudah seorang guru untuk menilai langsung sikap afektif adari siswa.
BalasHapusBaiklah saya akan menanggapi permasalahan k 2
BalasHapusPenerapan pembelajaran AL berpengaruh positif pada hasil belajar psikomorik siswa. Pembelajran AL menuntut siswa untuk dapat aktif secara fisik melalui adanya tugas kelompok untuk melengkapi gambar, diskusi, presentasi dan permainan. Sesuai dengan pernyataan Ba’in (2010) diskusi kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Siswa pada kelas eksperimen tampak lebih teliti dan tertarik dalam mengamati gambar-gambar yang di tampilkan oleh guru. Saat guru atau siswa memberikan penjelasan siswa tidak hanya mendengarkan namun juga mencatat hal-hal penting atau key word pada lembar mind map. Adanya kompetisi antar kelompok dalam permainan dan games juga meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Harsono (2005) bahwa teknik games berhubungan langsung dengan subjek dan dapat mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran aktif.
Baiklah saya akan menjawab permasalahan no 2
BalasHapusBerdasarkan jurnal yang saya baca
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan strategi Service Learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali dapat disimpulkan bahwa strategi Service Learning berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pengaruh bersifat positif karena nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
baik saya akan menanggapi permaslahaan no 3
BalasHapusdapat dilakukan secara life, dengan vicall sehingga akan tercipta pembelajaran tatap muka sehingga disini akan kelihatan sikap dari siswa tersebut
baiklah saya akan mencoba menambahkan permasalahan no 3 dimana dapat dilakukan interaksi dua arah, diamana Yang dimaksud komunikasi dua arah adalah keikutsertaan semua anggota kelas baik guru maupun siswa. Guru dan siswa dapat berperan sama, sebagai aksi maupun penerima aksi. Tidak hanya guru yang memberikan aksi, tapi dengan komunikasi jenis ini, siswa juga dapat berperan sebagai aksi. Seorang guru dapat memperoleh jawaban dari kegiatan siswa yang dilakukan di dalam kelas. Komunikasi jenis ini akan memperlihatkan hubungan dua arah antara guru dan siswa dengan tetap menjaga batasan sebagai guru dan siswa. Namun komunikasi jenis ini, pelajar tidak bisa melakukan interaksi dengan sesama pelajar di dalam kelasnya karena mereka hanya melakukan interaksi antara guru dan siswa. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan sesama temannya, keduanya hanya dapat saling memberi dan menerima karena komunikasi ini membuat kegiatan guru dan siswa relative sama.
BalasHapus