Kamis, 19 April 2018

PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA 


1.    Pengertian e-learning
Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan voksional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
a.   Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
b.  Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
c. Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013).
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:
a.  Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
b.  Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online.
c.  Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning yaitu:
a.    e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing  pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. 
b.  e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c.   e-Learning  terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi  pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.

2.    Pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate). 
a.  Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
Ø analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning
Ø analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan
Ø perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).  Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari. 

b.    Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu:
Ø penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar
Ø pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan
Ø perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

c.    tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
Ø konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian
Ø validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator
Ø analisis hasil validasi,  hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator
Ø revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
Ø uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.


d.   Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate)
merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.  Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar berbasis e-learning yang terdiri atas teks, materi dalam bentuk pdf, link ke beberapa web, video tutorial, animasi, dan assignment. Produk ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Petunjuk penggunaan bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan ada dua jenis yaitu petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa. Pada petunjuk penggunaan untuk guru dilengkapi dengan desain pembelajaran dan rubrik penilaian. Sedangkan petunjuk untuk siswa hanya prosedur penggunaan media pembelajaran online (e-learning) saja. Desain pembelajaran berisi petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran online (penggunaan bahan ajar berbasis e-learning) dan pembelajaran di kelas. Di dalam desain pembelajaran terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa pada saat pembelajaran di kelas maupun saat online. Instrumen penilaian terdiri dari lembar penilaian dan alat ukur penilaian (soal-soal evaluasi). Tersedianya beberapa sumber belajar yang dapat diakses setiap saat memungkinkan dapat mengakomodasi gaya & kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda. Pada sumber belajar juga terdapat gambar makroskopis dan mikroskopis yang dapat membantu siswa memahami materi. Untuk meningkatkan interaksi antar siswa dan guru disediakan fitur forum & chat sehingga siswa dapat saling berdiskusi kapan saja untuk memperkuat konsep yang telah diperoleh siswa.
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning ini dapat dijadikan solusi bagi siswa dan guru. Siswa dapat belajar sesuai kecepatan belajarnya, siswa dapat mempelajari materi yang tidak terpenuhi dalam pelajaran yang diterima di kelas, memungkinkan siswa belajar dengan learning mode yang disukainya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan berbagai jenis sumber belajar.

3.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran e-Learning
a.    Kelebihan model pembelajaran e-learning
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh . beberapa kelebihan tersebut antara lain:
1)  Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat  berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh  jarak, tempat dan waktu.
2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4)  Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu  pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6)   Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
7)   Relatif lebih efisien.

b.    Kekurangan model pembelajaran e-learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berikut beberapa kekurangan e-learning :
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial
3)   Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada  pendidikan
4)   Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT
5)   Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer)
7)   Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
8)   Kurangnya penguasaan bahasa komputer.


PERMASALAHAN
1. Sebagaimana telah diketahui ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu: Web Supported e-learning, Blended or mixed mode e-learning, dan Fully online e-learning format. Menurut anda manakah format e-learning yang paling efektif untuk di terapkan dalam pembelajaran?
2.  Apakah pengaruh pembelajaran e-learning ini terhadap perkembangan afektif dan psikomotorik siswa?   
3. Salah satu kekurangan dari model e-learning ini adalah Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Bagaimana cara mengatasi agar penerapan pembelajaran e-learning efektif dan interaksi antar guru dan siswa tetap berjalan dengan baik?

15 komentar:

  1. Saya akan menganggapi pertanyaan no 1:

    Interaksi Siswa – Siswa
    Interaksi antara siswa dengan siswa lain bisa dilakukan dalam e-learning. Ini sangat menguntungkan dimana siswa bisa saling berbagi dengan peserta didik lainnya. Hal ini juga memungkinkan siswa untuk membangun komunitas belajar yang pro aktif.

    Interaksi antara siswa dan pengajar
    Dalam sistem pembelajaran online atau e-learning dapat dilakukan dengan berbagai format baik komunikasi langsung maupun secara tak langsung. Pengajar dapat langsung berinteraksi dengan peserta didik dengan memanfaatkan fasilitas chatting, atau teleconference, atau live video streaming, juga secara tak langsung dimana pengajar cukup menyajikan materi-materi secara terstruktur agar peserta didik dapat mengunduh materi tersebut. Bisa juga dilakukan kombinasi antara keduanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan anda gita, untuk meningkatkan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran e-learning ini, guru bisa membuat grup percakapan melalui aplikasi misalnya WhatsApp, di dalam grup itu siswa bisa bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dia pahami, dan guru bisa menanggapi ataupun menjawab permasalan siswa. dengan pembuatan grup itu maka guru tetap bisa berinteraksi dengan siswa

      Hapus
  2. Untuk permasalahan yang kedua,saya mengutip dari buku Hujair AH. Sanaky (2009: 205) berpendapat bahwa terdapat banyak manfaat dan dampak yang diperoleh dari pembelajaran melalui e-learningapabila diaplikasikan di dalam lembaga pendidikan termasuk juga di
    perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:
    1. Perubahan budaya belajar dan peningkatan mutu pembelajaran
    peserta didik dan dosen.
    2. Perubahan pertemuan pembelajaran yang tidak terfokus pada
    pertemuan (tatap muka) di kelas dan pertemuan tidak dibatasi oleh
    ruang dan waktu melalui fasilitas e-learning.
    3. Tersedianya materi pembelajaran di media elektronik melalui website
    e-learning yang mudah diakses dan dikembangkan oleh peserta didik
    dan mungkin juga masyarakat.
    4. Pengayaan materi pembelajaran sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
    5. Menciptakan kompetitive positioning dan meningkatkan brand image.
    6. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan kepuasan peserta didikserta kualitas pelayanan.
    7. Interaktivitas peserta didik meningkat, karena tidak ada batasan
    waktu untuk belajar.(psikomotorik)
    8. Peserta didik menjadi lebih bertanggung jawab akan kesuksesannya
    (learner oriented) (afektif)

    Di poin ke 7 dan 8 dapat dilihat bahwa ada perubahan afektif serta psikomotorik anak ketika menggunakan e-learning.

    BalasHapus
  3. saya akan mencoba menanggapi permasalahan nomor 3 :
    Interaksi dapat terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa pada waktu yang sama dan
    tempat yang berbeda. E-learning dapat menggunakan dukungan teknologi video conference sebagai media
    bagi guru untuk menyampaikan topik pembahasan materi kepada siswanya. Model interaksi ini pada
    dasarnya sama dengan face to face interaction dimana guru dengan siswa dapat bertatap muka secara
    langsung namun tidak berada pada lokasi yang sama. Interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
    dengan siswa dapat terjadi secara langsung dengan menggunakan dukungan teknologi sebagai media
    komunikasi. Dengan model interaksi ini tujuan pembelajaran e-learning dapat tercapai walaupun masingmasing agen yang terlibat tidak berada pada tempat yang sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih nurul, sedikit menambahkan untuk menjaga hubungan baik antara guru dan siswa, guru bisa membuat grup di aplikasi chat, disana guru bisa memberikan materi dalam bentuk video, dan juga guru bisa membuka forum diskusi yang akan merangsang siswa untuk bertanya dan berkomentar tentang materi yang disampaikan guru, guru juga bisa menanggapi pertanyaan siswa

      Hapus
  4. Saya akan menanggapi permasalahan no.2
    Pengaruhnya pada afektif, yaitu dia akan dapat belajar dengan mandiri dan psikomotoriknya dia akan memiliki keterampilan dalam penguasaan alat elektronik era digital sekarang ini dalam memperoleh ini informasi.denga pembelajaran e-learning, Siswa tidak hanya dapat belajar di dalam kelas, hanya mendengarkan guru mengajar, akan tetapi siswa dapat melakukan pembelajaran dimanapun mereka
    berada tidak terpaku di dalam kelas saja sehingga pemahaman materi lebih efektif dan efisien. Pada pembelajaran
    menggunakan e-learning ini, guru cenderung sebagai fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa.
    Keaktifan peserta siswa ditekankan pada pembelajaran ini, sehingga akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi pada siswa dan pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat.
    E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing,artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.

    BalasHapus
  5. Jawaban permasalahan nomor 2
    Menurut saya web supported e-learning lebih efektif Web karena pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat. Sehingga proses pembelajaran tetap bisa dipantau oleh guru itu secara nyata dan dapat pula dilakukan interaksi secara langsung baik antara guru dan siswa maupun antar siswa.

    BalasHapus
  6. saya ingin mencoba menanggapi permasalah ketiga saudari,
    menurut saya pembelajaran bisa menggunakan format penerapan Elearning berupa Web Supported e-learning,yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat,
    dengan begitu ketika tatapmuka langsung guru bisa mengadakn kuis atau pun memberikan pertanyaan kepada siswanya dan siswa lain boleeh menanggapi jawaban temannya sehingga dengan begitu interaksi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa bisa tetap terjadi.

    BalasHapus
  7. Saya akan menjawab permasalahan Anda yang pertama dimana Model Mixed/Blended ini menempatkan e-learning menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Misalnya pembelajaran teori dilaksanakan secara daring (dalam jaringan), sedangkan pembelajaran praktik dilaksanakan secara tatap muka. Akan tetapi, Bersin (2004) berpendapat bahwa model Blended Learning merupakan gabungan dari model Adjunct dan Mixed, sehingga sedikit atau banyak porsi dari e-learning, dalam pembelajaran tatap muka, seluruh proses tersebut merupakan Blended Learning. Dengan penjelasan tadi Maka dengan menggunakan Model Mixed/Blended menurut yang paling baik.

    BalasHapus
  8. saya akan menanggapi Bagaimana cara mengatasi agar penerapan pembelajaran e-learning efektif dan interaksi antar guru dan siswa tetap berjalan dengan baik?
    pembelajaran E-learnuing dapat terjadinya interaksi antara siswa dan guru dimana guru harus membuat siswa mampu bertanya melalui media elektrinik yang digunakan, sehingga dengan tanya jawab antara siswa dan murid dapat terjadi, interaksi antara siswa dan siswa dapat terjadi saa mereka melakukan diskusi via online

    BalasHapus
  9. Baiklah, saya ingin menangggapi permasalahan anda yang pertama. Menurut pendapat saya yang paling baik digunakan dalam pembelajaran adalah web supported e-learning, karena interaksi secara langsung dengan guru lebih banyak akan membuat siswa lwbih termotivasi untuk belajar dan menyankan langsung kepada guru mengenai materi yang belum dipahami. Pembelajaran ini juga akan mempermudah seorang guru untuk menilai langsung sikap afektif adari siswa.

    BalasHapus
  10. Baiklah saya akan menanggapi permasalahan k 2
    Penerapan pembelajaran AL berpengaruh positif pada hasil belajar psikomorik siswa. Pembelajran AL menuntut siswa untuk dapat aktif secara fisik melalui adanya tugas kelompok untuk melengkapi gambar, diskusi, presentasi dan permainan. Sesuai dengan pernyataan Ba’in (2010) diskusi kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa.

    Siswa pada kelas eksperimen tampak lebih teliti dan tertarik dalam mengamati gambar-gambar yang di tampilkan oleh guru. Saat guru atau siswa memberikan penjelasan siswa tidak hanya mendengarkan namun juga mencatat hal-hal penting atau key word pada lembar mind map. Adanya kompetisi antar kelompok dalam permainan dan games juga meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Harsono (2005) bahwa teknik games berhubungan langsung dengan subjek dan dapat mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran aktif.

    BalasHapus
  11. Baiklah saya akan menjawab permasalahan no 2
    Berdasarkan jurnal yang saya baca
    Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan strategi Service Learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali dapat disimpulkan bahwa strategi Service Learning berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
    Pengaruh bersifat positif karena nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

    BalasHapus
  12. baik saya akan menanggapi permaslahaan no 3
    dapat dilakukan secara life, dengan vicall sehingga akan tercipta pembelajaran tatap muka sehingga disini akan kelihatan sikap dari siswa tersebut

    BalasHapus
  13. baiklah saya akan mencoba menambahkan permasalahan no 3 dimana dapat dilakukan interaksi dua arah, diamana Yang dimaksud komunikasi dua arah adalah keikutsertaan semua anggota kelas baik guru maupun siswa. Guru dan siswa dapat berperan sama, sebagai aksi maupun penerima aksi. Tidak hanya guru yang memberikan aksi, tapi dengan komunikasi jenis ini, siswa juga dapat berperan sebagai aksi. Seorang guru dapat memperoleh jawaban dari kegiatan siswa yang dilakukan di dalam kelas. Komunikasi jenis ini akan memperlihatkan hubungan dua arah antara guru dan siswa dengan tetap menjaga batasan sebagai guru dan siswa. Namun komunikasi jenis ini, pelajar tidak bisa melakukan interaksi dengan sesama pelajar di dalam kelasnya karena mereka hanya melakukan interaksi antara guru dan siswa. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan sesama temannya, keduanya hanya dapat saling memberi dan menerima karena komunikasi ini membuat kegiatan guru dan siswa relative sama.

    BalasHapus